
Jаkаrtа – Perayaan Idul Adhа lazimnya menghasilkan konsumsi daging di penduduk sedang tinggi-tingginya. Lantaran pembagian dаgÑ–ng kurbаn hampir dilakukan di setiap masjid/mushalla.
Tapi benar nggak sih bila kita dilarang mencuci daging mentah saat mau dimasak? Kira-kira apa ya jadinya bila itu dikerjakan? Berikut kata Ahlі Gіzі Tаn Shоt Yеn
Banyak orang Indonesia yang masih memegang tradisi mencuci daging mentah sebelum dimasak, baik itu daging ayam, sapi, kambing, atau bahkan ikan. Kebiasaan ini sering kali dianggap penting untuk menghilangkan kotoran, darah, atau lendir yang menempel pada permukaan daging. Namun, di tengah meningkatnya kesadaran akan keamanan pangan, muncul pertanyaan yang semakin sering terdengar: apakah mencuci daging sebelum dimasak itu aman dan perlu?
Menurut para ahli gizi dan pakar keamanan pangan, mencuci daging mentah justru bisa membawa risiko lebih besar daripada manfaatnya. Hal ini karena air cucian dari daging mentah berpotensi menyebarkan bakteri berbahaya seperti Salmonella atau Campylobacter ke permukaan dapur, alat masak, dan makanan lain di sekitarnya. Dalam proses mencuci, percikan air bisa membawa mikroorganisme ke mana-mana, memperbesar kemungkinan terjadinya kontaminasi silang yang tidak kasatmata.
Ahli gizi dari berbagai institusi, termasuk Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan WHO, menyarankan agar daging tidak perlu dicuci, karena proses pemasakan dengan suhu yang tepat sebenarnya sudah cukup untuk membunuh semua bakteri yang ada di permukaannya. Mereka menjelaskan bahwa suhu minimal 75 derajat Celsius dalam waktu tertentu sudah cukup efektif membunuh kuman. Maka dari itu, cara terbaik untuk menghindari penyakit yang disebabkan oleh daging adalah memastikan proses pemasakan dilakukan dengan benar, bukan dengan mencucinya terlebih dahulu.
Pendekatan yang Lebih Aman: Penanganan dan Pemasakan yang Higienis
Selain tidak mencuci daging, hal yang tak kalah penting adalah memperhatikan bagaimana daging ditangani sebelum dimasak. Penyimpanan dalam suhu yang sesuai, memisahkan daging mentah dari bahan makanan lain, serta menjaga kebersihan alat dapur dan tangan setelah menyentuh daging mentah adalah bagian dari praktik keamanan pangan yang direkomendasikan.
Bagi mereka yang masih merasa tidak nyaman memasak daging tanpa mencucinya, para ahli menyarankan untuk menggunakan tisu dapur bersih untuk mengelap permukaan daging jika memang terlihat kotor atau berdarah. Cara ini dinilai lebih aman ketimbang mencucinya langsung dengan air. Selain itu, penggunaan marinasi dengan bahan asam seperti jeruk nipis atau cuka bukan hanya bisa mengurangi bau amis, tetapi juga membantu mengurangi mikroorganisme tanpa perlu membasuhnya dengan air secara langsung.
Beberapa ahli gizi juga menekankan bahwa pentingnya edukasi masyarakat tentang cara penanganan daging yang benar masih menjadi pekerjaan rumah besar, terutama karena kebiasaan mencuci daging sudah mengakar kuat dalam tradisi rumah tangga. Oleh karena itu, upaya pelatihan, kampanye, dan sosialisasi di media perlu dilakukan secara konsisten agar masyarakat memahami risiko dan solusi yang lebih aman.
Penutup
Kesimpulannya, meski kebiasaan mencuci daging sebelum dimasak telah lama dipercaya bisa membersihkan daging dari kotoran, para ahli gizi dan keamanan pangan justru menganjurkan sebaliknya. Mencuci daging mentah dapat meningkatkan risiko kontaminasi silang dan tidak memberikan keuntungan signifikan dalam hal kebersihan atau kesehatan. Cara terbaik adalah dengan memasak daging menggunakan suhu yang tepat dan menjaga kebersihan selama proses penanganan. Dengan begitu, keamanan dan kualitas makanan tetap terjaga tanpa harus berisiko terpapar bakteri berbahaya dari dapur sendiri.